Senin, 24 September 2012
Minggu, 26 Agustus 2012
Musim Rindu II
(Untuk
Kekasih Yang Paling Pribadi)
Berabad
kurangkai kisah kita, Kekasih,
dalam segala
yang kualami.
Ohh.. Aku hanyut
dalam arus waktu,
menuju samudera
ketiadaan.
Kusujud dalam
lautan kembang dan puja-puji,
merinduMu
bersama matahari yang lelah.
Tunggu aku di
tamanMu, Kekasih..
akan
kutinggalkan pelukan bumi
untuk menciumMu
dalam kesempurnaan.
18 Oktober 2011
pukul 18:56
Musim Rindu
Ini musim kemarau. Kering dan
tandus.
Tapi aku rumput. Terbalur dan
becek,
sejak kau datang membawa
sekeranjang hujan
dari gemuruh awan yang terkandung
dalam benakmu.
Kini malam meranggaskan dingin.
Pohon-pohon terusik gairah, juga
tubuhku.
Sunyi yang masuk lewat jendela
kaca itu, Manisku,
adalah rangkaian ketukan lembut
jantungmu menembus dada.
Kupeluk kamu sayangku..
Kau kunci aku dengan himpitan
rindu tiada tara..
Oohh.. Kau kurung aku dalam pijar,
melahap segala pikiran dan
imajinasiku.
Aku terbakar. Tinggal abu yang
disebut puisi.
Di dalamnya mengendap gelisah
ini;
aku cinta padamu.
Duuhh... ini puisi kusambung di
lain waktu saja...
Langganan:
Postingan (Atom)