Sabtu, 19 Januari 2013

R i t u a l



Ini adalah ritual suci seorang perempuan
yang mabuk kesunyian; 
melukis nama dan bayangmu
penuh hikmat.
Lilin doa meleleh mengais-ngais langit,
melarung cinta putih ke bintang-bintang.
Aku rindukan kesetiaan jejakmu seangkuh salib di bukit
yang pernah kita ziarahi.
Tapi tetap ada yang tersimpan rapi dan hati-hati. 
Di sini.

Jogja, Desember 2010



Narasi Senja



Di bawah pohon senja, ada bentangan keheningan. 
 Aku kamu bersimpuh di atasnya,  
menjumlahkan titik-titik gerimis
 yang jatuh sebagai rindu

Kalasan, 2010 
 

   

Minggu, 26 Agustus 2012

Musim Rindu II

(Untuk Kekasih Yang Paling Pribadi)


Berabad kurangkai kisah kita, Kekasih,
dalam segala yang kualami.
Ohh.. Aku hanyut dalam arus waktu,
menuju samudera ketiadaan.

Kusujud dalam lautan kembang dan puja-puji,
merinduMu bersama matahari yang lelah.

Tunggu aku di tamanMu, Kekasih..
akan kutinggalkan pelukan bumi
untuk menciumMu dalam kesempurnaan.

18 Oktober 2011 pukul 18:56

Musim Rindu


Ini musim kemarau. Kering dan tandus.
Tapi aku rumput. Terbalur dan becek,
sejak kau datang membawa sekeranjang hujan
dari gemuruh awan yang terkandung dalam benakmu.

 Kini malam meranggaskan dingin.
Pohon-pohon terusik gairah, juga tubuhku.

 Sunyi yang masuk lewat jendela kaca itu, Manisku,
adalah rangkaian ketukan lembut jantungmu menembus dada.
Kupeluk kamu sayangku..
Kau kunci aku dengan himpitan rindu tiada tara..

 Oohh.. Kau kurung aku dalam pijar,
melahap segala pikiran dan imajinasiku.
Aku terbakar. Tinggal abu yang disebut puisi.
Di dalamnya mengendap gelisah ini; 
aku cinta padamu.

Duuhh... ini puisi kusambung di lain waktu saja...