Ini musim kemarau. Kering dan
tandus.
Tapi aku rumput. Terbalur dan
becek,
sejak kau datang membawa
sekeranjang hujan
dari gemuruh awan yang terkandung
dalam benakmu.
Kini malam meranggaskan dingin.
Pohon-pohon terusik gairah, juga
tubuhku.
Sunyi yang masuk lewat jendela
kaca itu, Manisku,
adalah rangkaian ketukan lembut
jantungmu menembus dada.
Kupeluk kamu sayangku..
Kau kunci aku dengan himpitan
rindu tiada tara..
Oohh.. Kau kurung aku dalam pijar,
melahap segala pikiran dan
imajinasiku.
Aku terbakar. Tinggal abu yang
disebut puisi.
Di dalamnya mengendap gelisah
ini;
aku cinta padamu.
Jogja, 17/10/2011
_Saat rindu ini semakin tak
tahu diri_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar